selamat datang di blog saya : DHARMA PUTRA. mari berbagi cerita... ada cerita, ada kehidupan...

Cari Blog Ini

senin 15 nov

"Ketika rasa kemanusiaan berbenturan dengan hak orang lain, mana yang kamu pilih?" tanya dosen etprof padaku.
aku pun terdiam termasuk kawan-kawanku yang lain, selama hampir 2 menit kami belum juga ada yang berani menjawab. kemudian dosenku itu memberikan contoh yang lebih spesifik supaya kami lebih mudah memahami.
"ada  sebidang tanah, milik orang lain, namun di lahan itu banyak pedagang-pedagang kaki lima yang berjualan di sana, sudah lebih dari puluhan tahun mereka berjualan di situ, dan tidak ada tempat lain bagi pedagang-pedagang itu untuk mengais rejeki memenuhi kebutuhan hidupnya.  Di lain pihak, pemilik lahan itu ingin membangun rumah di atas lahan itu. jika anda menjadi pengambil keputusan akan hal ini, mana yang anda bela? si pemilik lahan atau pedagang itu? jika anda membela si pemilik lahan, maka akan banyak pedagang yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya, sebaliknya jika anda membela si pedagang, sama saja anda mendiamkan hak orang lain. mana yang anda pilih ?"

sontak, pertanyaan itu menyulitkan bagiku dan kawan-kawanku. 

Sepenggal cerita yang saya alami hari senin beberapa hari yang lalu, yang mungkin cerita ini dapat kita kupas lebih dalam dan maknai isinya.

PERASAAN
Berbicara rasa kemanusiaan, tentu tidak bisa lepas dg suara hati. apalagi rasa itu menyangkut dg orang banyak dan keberlangsungan hidupnya. Setiap manusia pasti memiliki rasa kemanusiaan, tak pantas jika disebut manusia jika tidak memiliki rasa itu. Mengapa? Karena setiap manusia layak untuk dihargai dan memilik hak yang sama untuk hidup, belum pernah pula saya mendengar adanya rasa kebinatangan dan ketumbuh-tumbuhan, kalaupun ada, bisa coba jelaskan?

LOGIKA.
Salah adalah salah, dan benar adalah benar. Jika kita bicara hal ini, maka mutlak adanya, bahwa kebenaran itu tidak dapat dinomorduakan. Seseorang yang jelas-jelas salah, pantas untuk menerima “hukuman” dan sebaliknya tak pantas jika seseorang yang memang benar, justru kita salahkan. Apalagi menyangkut hak orang lain. 

Lantas, Jika kedua itu berbenturan, manakah yang kita pilih? 
 
Suatu pertanyaan yang sulit untuk kita pilih, apalagi jika kita harus melepaskan salah satu pilihan tersebut. Sangat kurang bijak jika kita memilih logika saja, atau perasaan saja, yang justru mungkin berakibat bukannya memberikan solusi malah akan menimbulkan masalah baru dan bisa saja masalah baru itu menjadi lebih besar.

ISTAFTI QALBAK
ya Istafti qolbak begitulah sabda Rasulullah saw yang artinya bertanyalah pada hati nuranimu. Mungkin itu untuk menjawab pertanyaan diatas. Dan itu benar dan pernah saya alami. Bertanya kepada hati nurani, tentu suatu pemecahan yang tepat, karena, hati nurani itu selalu jujur, dan dengan begitu kita dapat mempermainkan dua hal itu dengan baik.

Kembali ke cerita awal....
kami pun tetap terdiam. Dengan berbagai untaian kata dan kalimatnya, dosenku itu berupaya agar kami bisa menemukan jawabannya. Hingga perkuliahan selesaipun, banyak dari kami yang tetap memilih diam, karena hal itu sangat sulit untuk dijawab. Perkuliahan selesai, kami pun bergegas keluar ruangan dan banyak dari kami yang bergegas ke masjid karena setengah jam sebelumnya, adzan telah berkumandang dg merdunya.. ada sebuah tanda tanya dalam diri, mana yang harus ku pilih? Sejenak ku menarik napas dan melupakannya dan bergegas ke masjid, dan ketika itu pula ku lihat ke atas langit, oh betapa indahnya langit biru itu, Maha besar Sang penciptanya....

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter

Mengenai Saya

bintaro, jakarta selatan, Indonesia
Dharma Putra @darmadp

Total Tayangan Halaman

toko baju & busana wanita

Pengikut